Langkah-langkah Kontemplatif Teknologi Pendidikan

Ahli Filsafat selalu bergumul dengan logika yang dinamis dalam mencari Yang Ada, dengan argumen-argumen philosopis yang relatif, mereka bergelut dengan pikiran-pikiran yang kering. Sedangkan kalangan Sufi mencari dengan rasa, zauq. Fenomena orang kota yang sering berpikir rasional, dan logis, sekarang mulai mencari sesuatu dan beralih kepada pemenuhan dahaga spritual. Seperti disinyalir oleh Burhani, bahwa Jakarta belakangan ini mendapat gairah dan pesona baru dengan warna yang tak lazim, yaitu maraknya berbagai aktivitas spritual. 
Menurut Komaruddin Hidayat ada lima kecenderungan masyarakat kota terhadap sufisme, yaitu : 1) searching for meaningful life, pencaharian makna hidup; 2) intellectual exercise & enrchment, untuk perdebatan intelektual dan peningkatan wawasan; 3) psychological escape, spritual sebagai katarsis atau obat dari problem psikologi; 4) religiuos justification, sarana ikuti trend dan perkembangan wacana; dan 5) economic interest, sikap “mengeksploitasi” agama untuk keuntungan ekonomi. 1)
Kadang-kadang ahli Filsafat dan ahli Tasawuf menurut Hamka berjumpa, dan kebanyakan yang pertamalah yang takluk kepada yang kedua. Sudah payah akal dan kepintaran mencari, yang didapat hanya sebagian atau sesudut (relatif), tibalah kepada penyembahan yang bulat. Mereka masuk ke alam Tasawuf, disanalah mereka mendapat kepuasan. 2)
Kalau langkah awal untuk menuju Sang Maha Abadi adalah tobat, Mir Valiuddin, menjelaskan langkah kontemplatif selanjutnya bagi “salik” (pencari Allah) guna mencapai tujuan akhirnya, yaitu 3) :

  1. Tazkiyah an Nafs atau “penyucian jiwa”. Ini berarti menyucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan malakuti.
  2. Tashfiah al Qalb atau “penyucian kalbu”. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi sementara, dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.
  3. Takhalliyah as Sir atau “pengosongan jiwa”. dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari zikir atau ingat kepada Allah.
  4. Tajalliiyah ar Ruh atau “pencerahan ruh”. Ini berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora Cinta Nya .
Dengan melewati disiplin-disiplin ini, kaum Sufi telah mencapai ma’rifah (gnosis), dan Realitas pun tersingkap bagi mereka. Oleh Zamris Habib

1) Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota, Serambi, Jakarta, 2001.
2) Hamka, Prof, Dr, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, Pustaka Panjimas, Jakarta,
3) Mir Valiuddin, Dr, Zikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, Pustaka Hidayah, Bandung, 1997.