PERKEMBANGAN SAINS DAN IMPLIKASI FILOSOFISNYA

PERKEMBANGAN SAINS DAN IMPLIKASI FILOSOFISNYA

Pendahuluan
Paradigma baru yang diharapkan Goswani untuk tumbuh menggantikan materialisme ilmiah sampai kini masih dalam proses pemunculannya. Paradigma sebagai cara pandang terhadap dunia – atau keseluruhan konstelasi kepercayaan dan nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains menurut pengertian Thomas Kuhn – hingga saat ini masih didominasi oleh pandangan positivisme – materialistik. Meskipun demikian, kesadaran akan urgensinya paradigma baru yang lebih mampu memahami realitas sekaligus membangun dunia yang lebih dialogis, ekologis, dan manusiawi merupakan modal dasar dan pendorong utama bagi kita untuk merajut benang-benang gagasan dan pemikiran menjadi sebuah pandangan dunia yang terpola, sistematis, berguna dan applicable.
Secara tak semena-mena, perkembangan internal sains modern bergerak kearah yang semakin lama semakin menggoyahkan prinsip-prinsip dasar sains modern itu sendiri. Telah semakin banyak sarjana, pemikir, ilmuan, cendekiawan, dan filsuf yang tampil menggugat secara radikal (mengakar, mendasar). Pandangan dunia yang menjadi aumsi-asumsi dasar sains modern, yaitu apa yang kita sebut sebagai paradigma Cartesian – Newtonian, positivisme atau materialisme ilmiah.
Bahwa paradigma ini secara praktis masih menghegemoni dunia kontemporer, itu adalah hal yang lain namun, dari komunitas ilmiah sendiri telah muncul suatu kesadaran, bahwa paradigma Cartesian – Newtonian kian rapuh untuk dapat memberikan pemaknaan terhadap derasnya kemunculan berbagai fenomena dunia global baik fenomena alamiah meupun fenomena social. Setidaknya kaum ilmuan dan pemikir telah lebih rendah hati untuk tidak lagi menganggap paradigma Cartesian – Newtonian sebagai satu-satunya pandangan dunia. Dalam penulisan makalah ini kita perlu mempelajari sejauh mana perkembangan sains modern komteporer dengan segenap implikasi-implikasi teoritis dan praktisnya. Khususnya ditinjau dari perspektif filosofis yang kesemuanya dikaitkan dengan upaya kita membangun paradigma baru alternatif.

A. Studi Beberapa Teori dan Konsep Fisika dan Biologi.
Dalam penulisan makalah ini, kita memfokuskan pada perkembangan sains Fisika dan Biologi. Terdapat beberapa alasan mengapa kita memilih kedua bidang study tersebut.
Pertama, Fisika merupakan sains yang paling mendominasi wacana ilmiah modern selama tiga ratus terakhir. Bersama dengan Matematika, fisikan dapat dikatakan sebagai sains primer yang membentuk wajah dunia modern. Kecuali itu, fisika telah sempat menjadi ratu sains atau model bagi sains lainnya pada era paradigma positivisme.
Kedua, perkembangan sains fisika cukup menajubkan dan mengejutkan karena selain perkembangan yang revolusioner jika mengarah kepada penggembosan pondasi-pondasi sains modern itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa fisika merupakan pembangunan utama dan sekaligus penggoyang utama bangunan paradigma Cartesian – Newtonian.
Ketiga, Biologi merupakan sains yang juga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan wacana modern memalui konsep-konsep seperti evolusi, rekayasa genetika, atau hibrida. Banyak sarjana yang mengemukakan bahwa era fisika telah digantikan oleh era biologi menyusul kemajuan pesat dalam study biologi dengan munculnya biologi molekuler dan tekhnik rekayasa genetika. Isu-isu global yang peka seperti aborsi, pergantian jenis kelamin, transplantasi organ, dan koloning mengindikasikan kebenaran pernyataan banyak sarjana itu.
Keempat, biologi merupakan sains yang terkait dengan system-sistem hidup, khususnya organisme. Kajian ini, tentu, sangat erat kaitannya dengan tema pokok makalah ini, yaitu membangun paradigma baru yang non mekanistik, non linier, non kuantitatif ; yang kesemua karakter ini lebih dipenuhi oleh system-sistem hidup.
Adapun temuan-temuan, teori-teori dan konsep-konsep yang akan kita elaborasi dari dua bidang study tersebut dicurahkan kepada teori-teoiri dan konsep-konsep yang signifikan dan relevan dengan tema pokok makalah ini. Yang di kategorikan sebagai signifikan adalah teori dan konsep yang cukup berpengaruh penting dalam dinamika internal sains fisika, dan biologi. Sedangkan teori dan konsep yang relevan adalah teori/konsep ilmiah yang selaras dengan upaya pembentukan paradigma yang holistik – ekologis. Meskipun kenyataannya kecendrungan mutakhir secara internal dalam dunia fisika dan biologi mengarah kepada paradigma yang non – Cartesian – Newtonian, pada dasarnya refleksi filosofis telah bekerja dalam penilaian akan “ kecendrungan “ tersebut. Temuan-temuan atau teori-teori dalam sains fisika dan biologi merupakan fakta-fakta yang hanya akan bermakna bagi pembentukan paradigma baru jika disorot dalam persepktif dan refleksi filosofis.
Konsep-konsep atau teori-teori sains fisika dan biologi yang akan kita bahas satu persatu adalah :
1. Teori Relativitas (Albert Einstein).
2. Teori Kuantum (Interpretasi Copenhagen).
3. Fisika bootsrap.
4. Dissipative Structure (Ilya Prigogine)
5. Biologi molekuler, Genetika Neurostience.
6. Evolusi.
Kesemua teori dan konsep ini dideskripsikan secara singkat dan padat. Lalu, kita elaborasi implikasi-implikasi filosofisnya yaitu implikasi-implikasi terhadap asumsi-asumsi dasar terhadap realitas dan ilmu pengetahuan. Asumsi dasar itu dapat berupa cara pandang ontologis, efistemologis, kosmologis, ekologis, atau antropologis. Tentunya, pembahasan yang dilakuakan tidaklah rigid menurut urutan tersebut, melainkan bersifat interrelasi dan interkoneksi sebagaimana halnya segenap teori / konsep tersebut.

B. Implikasi-Implikasi Filosofis.
Ian Barbaur berpendapat bahwa terdapat dua gagasan sentral tentang implikasi filosofis yang dikemukakan teori kuantum, yaitu : (1) Peran subjek / pengamat, dan (2) Pandangan Holisme. Peran aktif subjek atau pengamat dalam mengkontruksi relaitas ini dinyatakan oleh John Wheeler, seorang ahli kontemporer fisika kuantum, bahwa kita adalah seorang pengamat yang mencipta alam semesta ( an observer-created universe ). Fisika modern memberikan pelajaran epistemology kepada kita, kata Barbaur, tentang partisipasi aktif pengamatan dalam mengkontruksi objek yang kita amati melalui pilihan, rancangan dan mentode yang kita lakukan.
Menurut Morris Berman, implikasi filosofis yang paling utama dari utama dari teori kuantum adalah tidak ada kesatuan apapun yang independen dari pengamat ( there is no such thing as an independent observe ). Kesadaaran kita, prilaku kita, menjadi bagian eskperimen dan tidak ada batasan yang jelas antara subjek dan objek. Kita adalah para partisipan aktif dalam dunia yang hendak kita gambarkan. Kesadaran inilah yang disebut Berman sebagai kesadaran berpartisipasi ( Partisipating con sciousness ). Kesadaran epistemologis – antologis inilah yang ditumbuhkan oleg teori kuantum. Heisenberg berkata,
‘ melupakan bahwa dalam drama eksistensi kita sendir adalah pemain dan penonton sekaligus adalah dapat dimengerti bahwa dalam relasi ilmiah kita dengan alam, aktifitas kita sendiri menjadi sangat penting ketika kita berhubungan dengan bagian-bagian alam, yakni kita hanyan dapat melalukan penetrasi melalui alat-alat yang rumit.’
Implikasi filosofis yang kedua dari teori kuantum adalah tumbuhnya kesadaran bahwa keseluruhan lebih besar dari jumlah bagian-bagian ; bahwa keseluruhan lebih besar dari jumlah bagian-bagian ; bahwa keseluruhan realitas sama sekali tidak dapat dipahami melaui analisis bagian-bagian secara terpilah. Apa yang dipikirkan sebagai “ partikel elementer “ adalah manisfestasi temporer dari pola-pola gelombang yang berubah yang berkombinasi pada satu titik, lenyap lagi, dan berkombinasi lagi ditempat lain. Sebuah partikel dilihat lebih seperti suatu kemunculan local dari subsrantum kontinyu dari energi yang bergetar. Alam dilihat lebih sebagai proses atau peristiwa daripada satuan-satuan entitas materi.
Tuntutan berpandangan holistic dikemukakan secara sistematis dan gambling oleh fisikawan David Bohm melalui karyanya Wholeness and the implicate order (1980). Bohm menunjukkan bahwa sudut pandang ilmu pengetahuan mutakhir, selururh realitas tidak dapat lagi dipandang lagi sebagai bagian-bagian yang terpilah melainkan sebagai satu keseluruhan yang utuh. Dalam pengantar bukunya itu Bohm menulis :
‘ Dalam karya ilmiah dan filosafis ini, perhatian utama saya berhubungan dengan upaya pemahaman hakikat realitas pada umumnya dan kesadaran khsusnya sebagai suatu keseluruhan yang koheren, yang tidak pernah statis dan lengkap, melainkan dalam suatu proses pergerakan dan perkembangan tiada henti. ‘
Dalam pandangan holistic Bohm, materi adalah manisfestasi dari implicate order; seperti pusaran air adalah manifestasi dari air. Bagi Bohm materi tidak dapat direduksi menjadi partikel-psrtikel yang lebih kecil sebagai yang dianut oleh paradigma Cartesian – Newtonian. Menurut Bohm, segala sesuatu yang ada didalam ini, termasuk partikel-partikel dasar pembentuk materi manisfestasi dari implicate order. Realitas, pada hakikatnya adalah sebuah kesatuan utuh yang tak terbagi-bagi, yang disebutnya dengan istilah umbroken wholeness atau undivided wholeness. Oleh karena hal ini menyangkut penafisran tentang kenyataan alam, maka fisika perlu membalik cara penafsiran alamiah selama ini digunakan. Kata Bohm, alih-alih memulai dari bagian-bagian dan kemudian menganilisisnya (sesuai dengan pandangan mekanistik – reduksionis ), akan lebih baik fisika menaruh perhatian pada keseluruhan dan, dari sini dijelaskan bagian-bagiannya (pandangan holistic), karena alam yang ecplicate ini adalah manisfestasi dari implicate order.
Memang, jika dilihat dari aspek penampakan, maka bagian-bagian alam terlihat tidak berhubungan sama sekali. Atas dasar asumsi umum seperti ini, fisika klasik menyakini bahwa alam bisa dipecah-pecah dalam kesatuan local ; suatu cara pandang yang disebut atomisme – reduksionistik. Padahal, segala sesuatu itu, dari sudut implicate order, merupakan satu kesatuan utuh yang tak terbagi-bagi ( umbroken – wholeness, undivided – wholeness ).
Dengan demikian, fisika kuantum ini, kata Bohm, telah meruntuhkan gagasan klasik tentang dunia yang dapat di analisis lewat bagian-bagiannya secara lepas dan terpisah – sebagaimana yang dianut oleh pandangan dunia Cartesian – Newtonian, penekanan Bohm kepada cara pandang holistic ini terkait juga dengan implikasi-implikasi filosofis lainnya, seperti : primasi relasi atas entitas, medan atas subtansi atau “thing”, proses atau struktur atau prinsip realitas sebagai sebuah jaringan.
C. Implikasi Filosofis Perkembangan Sains.
Pemaparan beberapa teori, konsep, dan temuan pokok sains mutakhir, sebagaimana yang kita lihat, satu persatu menggugat dan menumbangkan asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip dasar pandangan dunia mekanistik-reduksionis, atau yang kita sebut sebagai paradigma Cartesian – Newtonian. Bahwa asumsi-asumsi paradigma Cartesian – Newtonian itu adalah : subjektivisme – antroposentristik ; intrumentalisme ; dan materialisme – sainstisme. Ketujuh asumsi ini terbukti tidak memadai lagi sebagai sebuah cara pandang untuk memahami realitas.
Tentu saja, masing-masing teori dan temuan sains mutakhir itu tidak sekaligus merubuhkan asumsi-asumsi paradigma Cartesian – Newtonian. Ada teori sains yang menolak dualisme, matearialisme, dan mekanistik seperti teori kuantum ; ada pula teori yang menolak berpikir linier – reduksionis seperti teori “ Dissipateve structure “ , dan seterusnya. Masing-masing teori / temuan sains itu menuntut, mengajukan atau menyarankan sebuah cara pandang lain agar teori / temuan itu dapat di pahami dalam skema para digma yang di bangun.
Dengan demikian, setiap teori dan temuan sains yang di kemikakan memiliki konsekuensi-konsekuensi dan implikasi-implikasi filosofis. Hal inilah yang kita hendak peroleh sebagai bagian dari upaya kita merekontruksi paradigma baru yang holistic. Berikut di sajikan sebuah tabel teori-teori dan temuan-temuan sains mutakhir dalam mengkontruksi paradigma baru :






TEORI/KONSEP GAGASAN POKOK IMPLIKASI FILOSOFIS
Teori Relativitas - kuntinum ruang –waktu
- relativitas umum. - Alam semesta yang dinamis
- Primasi relasi terhadap entitas
Teori Kuantum - Prinsip Ketidakpastian
- Prinsip Komplementaris - Cara pandang indeterminisme
- Kesatuan subjek – objek
- Cara pandang holistic
Teori Booststrap - Pola dan Tatanan - Alam sebagai jaringan
- Dekontruksi entitas, subtansi tetap
Dissipative
Structures - Self – Organization
- Kompleksitas - Berpikir pola, tatanan (order)
- Berpikir non linier, sistemik
- Jembatani system hidup-tak hidup
Biologi
Molekuler
Genetika - Organisme biologis
- Imformasi genetis.
- Eksistensi riil jiwa - Jembatani fisika dan biologi
- Interaksi pikiran dan tubuh
- Dua aspek dari suatu proses
Teori Evolusi - Iner Becoming, Kreatif
- Evolutionary Design
- Dialektika Acak-Design - Organisme miliki jiwa,daya hidup
- Perubahan diatas “implicate order’
- Alam kompleks, berpikir nonlinier
- Alam selalu berproses.










DAFTAR PUSTAKA

- Harold H. Titus. Dkk. Living Issues In Philosophy ( Persoalan-persoalan Filsafat ). Alih bahasa oleh : Prof. Dr. H. M. Rasjidi. Bulan Bintang. Jakarta. 1984.
- Burhanuddin Salam, Drs. H. Logika Formal (Filsafat Berpikir). PT Bina Aksara. Jakarta. September 1988.
- Heriyanto, Husain, Paradigma Holistik ( Dialog Filsafat, Sains dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead ). Penerbit TERAJU. Bandung. 2003.