Pengertian Membaca

Pengertian Membaca
Membaca merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia dalam aktivitas belajar, karena dengan belajar manusia akan dapat melakukan perubahan yang bersifat dinamis baik itu perubahan tingkah laku atau amaliyah maupun perubahan ilmu serta polaa pikirnya.
Untuk memastikan masalah pengertian membaca secara objektif adalah relatif karena banyaknya definisi para ahli dalam mengemukakan pendapatnya maka penulis hanya memaparkan definisi membaca sebagai berikut:
1) Menurut Sudarso dalam Mulyono Abdurrahman membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah beras tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.

2) Menurut Farida rahim mengutif pendapatnya klien, dkk mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Mencakup tiga dasar (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca merupakan interaktif, dan (3) mmaca merupakan strategis.

3) Menurut Martinis Yamin, Membaca adalah suatu cara untuk mendapatakan informasi yang disampoaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa. Kemudian pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam berfikir, menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan keputusan.

4) Menurut Mulyono Abdurrahamn mengemukakan membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.

Dalam uraian tersebut dapat dipahami bahwa membaca buku PAI adalah kegiatan membaca tidak hanya melafalkan atau mengucapkan sederetan kata-kata yang dilihat, melainkan juga harus disertai pemahaman terhadap lambang atau sandi yang diamati itu disamping melibatkan pengamatan intelegensi dan emosi. Untuk dijadikan pengetahuan dalam berfikir, menganalisa, bertindak dan pengambilan keputusan/kebijakan.
Dalam bukunya Sardiman mengatakan bahwa aktivitas membaca buku merupakan visual activities yaitu kegiatan belajar siswa yang berupa membaca buku-buku pelajaran.
2. Dasar dan Tujuan Membaca Buku
a. Dasar
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang, Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk membaca dan sekaligus untuk mempelajari apa yang ada dimuka bumi sebagai ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
???????? ???????? ??????? ??????? ?????? ??? ?????? ?????????? ???? ?????? ??? ???????? ???????? ?????????? ??? ??????? ?????? ???????????? ??? ?????? ?????????? ??? ???? ???????? ???

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan Kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Demikianlah perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia. Karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia untuk mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna, sehingga tidak berlebihan bila dikatakan "membaca" adalah syarat utama untuk membangun peradaban. Dan bisa diakui bila semakin luas pembacaannya, maka semakin tinggi peradaban, demikian pula sebaliknya.
Dapat penulis simpulkan bahwa ayat tersebut diats merupakan slah satu dasar pendidikan Islam.
b. Tujuan Membaca
Tujuan membaca dianggap sebagai modal dalam membaca, banyak para ahli yang menyatakan bahwa tujuan membaca dengan kemampuan membaca mempunyai hubungan yang signifikan. Hal inilah yang mendorong para ahli sepakat bahwa tujuan utama membaca adalah modal utama dalam belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah membaca mempunyai tujuan untuk mengarahkan bahan yang seharusnya dibaca, membantu untuk menyeleksi bahan yang harus dibaca, dan membantu membangun motivasi yang tinggi. Tujuan yang memberikan kejelasan yang meyakinkan dalam kegiatan membaca suatu buku. Adapun tujuan membaca secara sepesifik adalah:
a) Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku,
b) Menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat (waktu terbatas),
c) Mendapatkan informasi tentang sesuatu (kebudayaan suku Indonesia misalnya),
d) Mengali maksan kata-kata (istilah sulit),
e) Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh duniadan masyarakat sekitar,
f) Ingin memperoleh informasi lowongan kerja,
g) Ingin mencari merek barang yang cocok untuk dibeli,
h) Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang/penulis,
i) Ingin mendapatkan alat tertentu (instrunmen affect),
j) Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseworang (ahli) tentang definisi suatu istilah.

Menurut Farida Rahim seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibanding orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurutnya tujuan membaca mencakup:
a) Kesenangan;
b) Memyempurnakan membaca menyaring;
c) Mengguanakan strategi tertentu;
d) Memperbaharua pengetahuannya tentant suatu topik;
e) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yangtelah diketahuinya;
f) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan:
g) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
h) Menempilkan sesuatu eksprimen atau megaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;
i) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sepesifik.
Dengan tujuan yang jelas akan membarikan motivasi instrinsik yang besar bagi seseorang. Seorang peserta didik yang sadar akan tujuan membaca akan dapat mengarahkan sasaran daya pikiran teoritisnya dalam mengolah bacaan sehingga dapat memperoleh kepuasan dalam membaca.
Dikaitkan dengan membaca buku PAI adalah bertujuan agar anak memperoleh gambaran yang jelas tentang isi ajaran agama Islam, mereka tidak hanya mengetahui dari orang tua atau guru mereka secara lisan, tetapi mengetahui juga dasar teoritisnya (buku). Disamping mengetahui secara teoritis anak diharapkan mampu menyerap makna yang terkandung dalam bacaan, dan mengambil manfaat dari membaca buku PAI, yang selama ini dipandang sebelah mata oleh para anak dan dapat memotivasi anak untuk membaca buku-buku PAI. Setelah mereka mengetahui isi yang terkandung dalam buku-buku PAI.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjutan (mmbaca pemahaman). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb da Arnold (1976) ialah faktor fisiologis, intlektual, lingkungan dan psikologis.
Menurut Slameto faktor yang menjadi pengaruh digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern:
a. Faktor-faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini akan dibahas menjadi dua factor yaitu jasmaniah dan psikologis
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan, Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga akan cepat lelah kurang bersemangat, ngantuk jika badannya lemah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya sendiri
b) Cacat tubuh, Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi aktivitas membaca. Anak yang cacat, belajarnya juga terganggu. jika hal ini terjadi hendaknya pada lembaga pendidikan diusahakan alat Bantu agar dapat mempengaruhi kecacatannya
2) Faktor-faktor Psikologis
a) Intelegensi, Intelegensi adalah suatu kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang baru suatu problem yang dihadapi.
b) Perhatian belajar, Untuk dapat menjamin aktivitas membaca yang tinggi maka anak harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian anak maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka membaca.
c) Bakat, Bakat adalah kemaapuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata jika belajar atau terlatih. Oleh sebab itu jelaslah bahwa bakat mempengaruhi minat belajar.Jika bahan yang dipelajari anak sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang atau berminat untuk mempelajari. Bakat merupakan suatu kemampuan potensi dasar yang dimiliki seseorang sejak lahir. Potensi atau bakat tersebut dapat berkembang jika memperoleh tempat yang sesuai.
Dalam kaitannya dengan dengan kativitas membaca buku pendidikan agama Islam, seseorang sejak lahir telah dibekali Allah SWT adanya fitrah (bakat) beragama. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 172:
?????? ?????? ?????? ???? ?????? ??????? ??? ??????????? ????????????? ?????????????? ?????? ??????????? ???????? ??????????? ? ???????? ?????? ? ?????????? ? ??? ?????????? ?????? ????????????? ????? ?•??? ???? ?????? ?????????? ?????

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap mereka(seraya berfirman): bukanlah aku ini Tuhanm? Mereka menjawab: benar, (engkaulah Tuhan Kami), kami menyaksikan (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) orang-orang yang lengah terhadap kesaksian ini.

d) Emosi, Emosi merupakan bagian dari keseluruhan aspek psikis individu. Sebagai fungsi emosi sangat berpengaruh pada fungsi lainnya. Oleh ebab itu individu akan mengadakan proses berfikir yang efektif jika mengalami perasaan emosi yang positif.
e) Kematangan, Belajar dalam keadaan apapun ditentukan oleh tingkat kematangan yang dimiliki anak.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang mempengaruhi aktivitas membaca buku pendidikan agama Islam dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ngalim Purwantodalam bukunya “Psikologi Pendidikan“ yang mengatakan bahwa: Mengajarkan sesuatu, baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensi-potensi, jasmani atau rohaninya telah matamng untuk itu.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapakan didikan dan bimbingan. Dan dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yan paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Bahkan sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga lain. Dengan demikian pendidikan dalam keluarga sangat mempengaruhi minat belajar anak terhadap pendidikan agama yang diajarkan di sekolah.
Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan,masa kanakkanak adalah masa yang paling baik. Dalam hal ini anak-anak dibiasakan untuk ikut serta beribadah dan diajarkan tata caranya, sehingga anak mempunyai pengetahuan tentang agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13:
?????? ????? ????????? ????????? ?????? ????????? ????????? ?? ???????? ?????? ? ???? ?????????? ???????? ??????? ????

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: ”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

2) Lingkungan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena iu anak dikirim ke sekolah. Dengan demikian sebenarnya pendidikan disekolah adalah bagian dari pendidikan dalam lingkungan keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga, bagi anak anak yang akan menghubungkan kehidupan keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak.
Di sekolah, dibawah asuhan guru, anak-anak memperoleh pendidikan, anak belajar berbagai bemacam pengetahuan dan ketrampilan yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya dimasyarakat nantinya.
Memberikan bekal ilmu pengetahuan ketrampilan kepada anak untuk kehidupan nantinya inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah. Sekolah juga bertugas untuk mengembangkan dan memupuk minat dan bakat siswa sehingga menjadi anak yang pandai dan mempunyai kepribadian yang baik.
3) Lingkungan Masyarakat
Pendidikan agama adalah unsure terpenting dalam pendidikan dan pengembangan mental, karena itu pendidikan agama harus dilaksanakan secara intensif di lingkungan masyarakat.
Sebenarnya dalam lingkungan masyarakat tidak ada pendidikan, masyarakat tidak mendidik orang-orang atau anak-anak yang ada di dalamnya hanyalah pengaruh dari masyarakat itu. Namun demikian masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan, demikian juga pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, keduanya saling ketergantungan. Pengaruh dari masyarakat sangat besar terhadap pendidikan anak. Terutama pendidikan agama. Pengaruh dalam masyarakat ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pendidikan agama anak akan banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama teman sebaya dan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Zuhairini dan kawan-kawan dalam bukunya “Metodik Khusus Pendidikan Agama”.
Mileu atau lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebayanya dan masyarakat sekitarnya.
Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, bila mana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau dapat memberikan motifasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik. Sebagai contoh misalnya anak-anak di sekolah mendapat pendidikan agama dari guru agama, dan di rumah anak selalu mendapatkan bimbingan dari orang tuanya, karena keluarganya adalah keluarrga yang patuh mengamalkan ajaran agama, serta ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga terdiri dari orang-orang yang aktif melakukan agama.
Sehingga dengan demikian jiwa keagamaan anak tersebut akan selalu terpupuk dan terbina dengan baik, demikian juga anak akan lebih berminat mempelajari pendidikan agama di sekolah. Sebaliknya, pengaruh masyarakat dapat dikatakan negatif bila mana keadaan sekitarnya anak itu tidak memberikan pengaruh yang baik, hal ini juga akan mempengaruhi minat belajar anak di dalam mempelajari agama.
4. Usaha-usaha dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Pada Anak
Pada awalnya keinginan membaca sudah tumbuh sebelum anak memasuki taman kanak-kanak atau sekolah dasar, artinya pada saat anak berada dalam lingkungan keluarga dan dalam lingkungan kelompok bermain sudah tampak tanda-tanda keinginan dan kegemaran untuk membaca. Melafalkan tulisan yang ada menunjukkan bahwa di dalam dirinya sudah ada keinginan untuk membaca, walaupun hanya berupa khayalan saja.
Umumnya kegiatan belajar membaca dimulai dan dibina serta dikembangkan di sekolah selama seorang anak menjadi siswa pada suatu sekolah. Dengan demikian sekolah merupakan tempat yang pertama dan utama untuk meningkatkan aktivitas membaca. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas membaca pada anak.
1) Bermain dengan bacaan bersama anak.
Aktivitas seperti itu merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan dan dapat memotivasi anak untuk membaca. Sejak bayi, anak sudah dapat dirangsang untuk mencintai bacaan dengan pendekatan bermain. Pada saat usia 0 sampai 1 tahun anak akan tertarik warna-warni pada pola buku. Memasuki usia 2 tahun anak sudah dapat melihat gambar dan dapat mengidentifikasikan apa yang dilihatnya waalupun jangka perhatiannya masih pendek. Jika orang tua pengasuh atau neneknya meluangkan waktu duduk bersama mereka maka mereka dapat menikmati buku lebih lama. Dalam kegiatan ini orang tua dapat bermain dengan buku atau bacaan lain sambil menerangkan gambar yang ada di dalamnya. Anak dapat serta ikut menyebutkan benda-benda yang ada dalam buku-buku.
2) Mendongeng atau Membacakan Cerita Islami kepada Anak
Mendongeng sudah mulai jarang dilakukan orang tua, padahal kegiatan ini sangat disukai oleh anak. Mendongeng biasanya dilakukan orang tua tanpa disertai buku bacaan. Untuk menggugah anak menyukai buku bacaan orang tua dapat menyertai buku bacaan dengan membacakan cerita dengan suara hidup. Membaca cerita dapat mendorong anak untuk dapat membaca cerita tersebut sendiri. Pada anak yang sudah dapat membaca orang tua dapat mengajak anak untuk bergantian bercerita.
3) Berkunjung ke Toko Buku
Mengajak anak ke toko buku dapat mempunyai pengaruh positif pada minat anak terhadap buku dan bacaan. Di toko buku anak dapat melihat berbagai buku yang ada disana dan memperhatikan pengunjung lainnya. Berikan kesempatan kepada anak untuk membuka-buka buku yang ada dan memilih buku yang disukainya. Orang tua perlu memberitahukan kepada anak bahwa jika ingin membaca buku yang ada di toko buku, buku tersebut harus dibeli terlebih dahulu.
4) Berkunjung ke Perpustakaan
Mengajak anak berkunjung ke perpustakaan dapat mendorong kesadaran dalam aktivitas membaca anak. Orang tua hendaknya menunjukkan kepada mereka letak buku-buku yang dapat dipinjam dimana mereka dapat memilih buku sesuai dengan seleranya.
5) Mengusahakan Perpustakaan Keluarga
Untuk mengembangkan aktivitas membaca anak sebaiknya dibuat perpustakaan keluarga di rumah. Walaupun kecil dan sederhana tempat ini akan mendorong anak untuk mencintai bacaan.
6) Memberikan Hadiah Buku
Orang tua biasanya suka membelikan mainan sebagai hadiah untuk anaknya. Orang tua hendaknya membiasakan memberikan hadiah buku yang berguna kepada anak. Anak yang suka membaca buku akan merasa senang jika dihadiahkan buku yang disukainya.
Dapat penulis simpulkan bahwa peningkatan aktivitas membaca dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni:
a. Menyediakan bahan bacaan khususnya buku-buku Islami.
b. Pemilihan bahan bacaan yang baik.
c. Memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca.
d. Penyediaan waktu untuk membaca.
e. Sebagai orang tua harus memberikan kesempatan dan pengertian sebanyak dan ekonomis mungkin bahwa buku baik bagi mereka.
Dari semua usaha yang kita lakukan ada satu hal yang sangat penting dan tak bisa dilupakan yakni keteladanan orang tua. Kesukaan pada buku dan kegiatan membaca sedikit banyak memberi anak-anak contoh hidup bagaimana dan seperti apa kesukaan membaca dilakukan. Pengaruh kecintaan kepada buku akan berpengaruh besar dalam benak anak, jika secara sengaja dan terus menerus orang tua juga mengajak anak, kegembiraan dan kenikmatan pada orang tua mereka dalam mencintai buku, anak-anak menjadi sangat berminat untuk mengikuti aktivitas orang tuanya.