LASKAR PELANGI, Seru!
Film ini tidak mengajak penonton untuk menangisi kemiskinan.
Sebaliknya, mengajak kita untuk memandang kemiskinan dengan cara lain.
Tepatnya melihat sisi lain dari kondisi kekurangan yang mampu melahirkan
kreativitas-kreativitas tak terduga. Keterbatasan-keterbatasan yang
dialami nyatanya menumbuhkan anggota Laskar Pelangi menjadi
karakter-karakter yang unik. Kenakalan-kenakalan kecil bercampur dengan
kepolosan yang cerdas, menghadirkan satu adonan menakjubkan tentang
bagaimana masa kecil dipersepsi dan dijalani oleh anak-anak yang luar
biasa ini. Mereka menjadi luar biasa karena hidup dalam keterbatasan,
luar biasa karena dibesarkan dengan idealisme pendidikan yang terasa
naif di jaman sekarang, sekaligus luar biasa karena garis nasib menuntun
mereka menjadi sosok-sosok yang tidak pernah terduga oleh siapapun.
Kedudukan
dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan
masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam
bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya
meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila
kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak
tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat
periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak
dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang
menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian
diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam
tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia
yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di
lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh
sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan
perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan
kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan
suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok
atau tersesat jalannya.
Keluarga
mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang
anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat
kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik
seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang
dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan
akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk
meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan
mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang
yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya,
menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya.
Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik
bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah
memanjakan anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya yaitu :
a. Orang tua anak tersebut dimanjakan oleh orang tuanya pula sehingga pengalaman itu diwariskan kepada anaknya.
b. Orang
tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat. Misalnya
kebahagiaan diidentik dengan menyenangkan hati anak-anaknya dengan
menuruti semua permintaan mereka dengan memberi barang-barang lux, uang.
c. Sikap
memanjakan dapat disebabkan juga karena orang tua dahulu mempunyai
pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka ingin menghindari
anak-anak mereka dari situasi yang serba sulit.
d. Orang
tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai waktu
senggang yang cukup bagi anak-anaknya. Kegiatan overaktif ini dapat
menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua tersebut sehingga mereka
menuruti semua permintaan atau memberikan barang-barang berharga sebagai
substitusi kasih sayang mereka.
e. Kecendrungan
orang tua yang kadang-kadang membedakan anak-anak mereka. Sikap
membedakan biasanya dilatarbelakangi oleh faktor pandangan/kebudayaan
tertentu misalnya rasa bangga terhadap anak laki-laki. Keadilan orang
tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam
pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi
anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan
anak pada orang taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara
kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap
orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.
Jelaslah
bahwa kenakalan Anak sangat dipengaruhi oleh peranan keluarga walaupun
faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah
penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer. Apabila
lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu menglami hal-hal yang telah
disebutkan diatas seperti keluarga broken home yang disebabkan
perceraian, kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan
pendidikan akan berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan
Anak. Bagaimanapun kenakalan Anak harus dilakukan pengendalian karena
apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan pada kehidupannya pada
masa yang akan datang. Selain dari pihak keluarga pengendalian kenakalan
Anak juga harus dilakukan dari lingkungan Anak tersebut.
Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Anak
Peran
seorang Guru dalam membentuk kepribadian dan kreatifitas Anak sangat
berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak
hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak akan berhubungan
langsung dengan para guru selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya.
Jadi bagaimana mungkin peran seorang guru tidak menjadi sesuatu hal yang
mendapatkan prioritas lebih dari masyarakat untuk dapat menangkal
kenakalan Anak yang semakin hari semakin meresahkan kita. Untuk menahan
lajunya angka kasus-kasus kenakalan Anak maka peran aktif para guru
harus dioptimalkan. setidaknya dalam kehidupannya setiap hari,
seperempat atau setengahnya (5 - 8 jam) waktu seorang Anak akan
dihabiskannya bersama dengan para gurunya di sekolah, bahkan ada dan
bahkan banyak keakraban antara Anak dan gurunya berlanjut positif sampai
ke luar lingkungan sekolah. Seperti terjadi dalam tetralogi laskar pelangi,
bagaimana perjuangan seorang guru, hubungan sosialnya dengan para
muridnya telah membentuk para murid menjadi para anak tangguh, berbudi,
dan memiliki cita-cita tinggi, yang bahkan "kenakalan anak" adalah sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka, "kenakalan anak" yang indah, "kenakalan anak" karena layaknya mobilitas seorang anak, "Kenakalan anak" karena tingginya kreativitas seorang anak, "kenakalan anak" yang berdiri di atas jembatan yang benar dan lurus, "kenakalan anak" yang terarah, "kenakalan anak" yang tidak melampaui batas, "kenakalan anak" yang bahkan telah menjadi inspirasi bagi ratusan juta anak lainnya, "kenakalan anak" yang bukan "kenakalan anak".
Kenakalan
Anak merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik seperti norma
hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo, SH kenakalan Anak
adalah :
1. Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan Anak :
1. Anak-anak
yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut
menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2. Anak-anak
yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di
sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak
tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka
menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang
tidak terbimbing.
3. Anak-anak
yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang
oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini
sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
5. Anak-anak yang suka berbohong.
6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Kenakalan
Anak dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan
masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan
kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya
anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata
perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu
menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya
dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak
ke dalam sekumpulan benda mati.
PENGENDALIAN TERHADAP KENAKALAN ANAK
Dalam
mengatasi kenakalan Anak yang paling dominan mengendalikan adalah dari
keluarga, karena merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui
seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua
kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu :
1. Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu
perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk
menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan
pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak
orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :
a. menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :
a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap/cara yang bersifat represif
Yaitu
pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial
yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti
menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam
diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu
pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan
hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta
bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Adapun
berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh orang tua atau pendidik
untuk mengembangkan kepribadian dan kretivitas anak dalam mengendalikan
kenakalan anak, yaitu :
1. Bentuklah
pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan
menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan
minat anak.
2. Perkenenkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar.
3. Berikanlah
pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif
pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu.
4. Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri.
5. Bertindaklah
lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi,
serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
6. Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
7. Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan.
8. Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak.
Penerapan kiat-kiat tersebut tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami dunia anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak pada dasarnya hanya untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan kreativitas anak sebagai bentuk perhatrian dan imajinasinya.
Penerapan kiat-kiat tersebut tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami dunia anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak pada dasarnya hanya untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan kreativitas anak sebagai bentuk perhatrian dan imajinasinya.