Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik
Dibandingkan
dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina
(30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa
tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata
kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa
bersalaman.Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita
orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa
membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi
lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.
Intelegensi dan IQ
Menurut David Wechsler , inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh
karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan
harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
KENAKALAN ANAK, WUJUD KEPRIBADIAN DAN KREATIFITAS
LASKAR PELANGI, Seru!
Film ini tidak mengajak penonton untuk menangisi kemiskinan.
Sebaliknya, mengajak kita untuk memandang kemiskinan dengan cara lain.
Tepatnya melihat sisi lain dari kondisi kekurangan yang mampu melahirkan
kreativitas-kreativitas tak terduga. Keterbatasan-keterbatasan yang
dialami nyatanya menumbuhkan anggota Laskar Pelangi menjadi
karakter-karakter yang unik. Kenakalan-kenakalan kecil bercampur dengan
kepolosan yang cerdas, menghadirkan satu adonan menakjubkan tentang
bagaimana masa kecil dipersepsi dan dijalani oleh anak-anak yang luar
biasa ini. Mereka menjadi luar biasa karena hidup dalam keterbatasan,
luar biasa karena dibesarkan dengan idealisme pendidikan yang terasa
naif di jaman sekarang, sekaligus luar biasa karena garis nasib menuntun
mereka menjadi sosok-sosok yang tidak pernah terduga oleh siapapun.
Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional di Indonesia
Pesantren yg
mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat menalami
ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yg
diajarkan dipesantren ini sepenuh bersifat keagamaan yg bersumber dari
kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yg ditulis oleh para ulama’
abad pertengahan.
Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia ada yg menyebutkan bahwa
pendidikan pondok pesantren tradisional berposisi sebagai sub ordinat yg
bergerak pada wilayah dan domaian pendidikan hati yg lbh menekankan
pada aspek “afektif pendidikan “ atau “atticude pendidikan” . Namun
sebagian yg lain menyebutkan pendidikan pesantren merupakan bagian tak
terpisahkan dari pendidikan nasional yg memberikan pencerahan bagi
peserta didik secara integral baik kognitif (knowlagde) afektif
(attucude) maupun psikomotorik (skill)
Dengan demikian pesantren dgn sistem dan karakter yg khas telah
menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional meski mengalami
pasang surut dalam mempertahankan visi misi dan eksistensi namun tak
dapat disangkal hingga saat ini pesantren tetap survive bahkan beberapa
diantara bahkan muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan
masalah masalah sosial masyarakat desa seperti yg dilakukan Pesantren
Pabelan di Mangelang yg mendapat penghargaan “Aga Khan’ tahun 1980.
Efektifitas persantren utk menjadi agent of change sebenar terbentuk krn sejak awal keberadaan pesantren juga menempatkan diri sebagai pusat belajar masyarakat (Commonity learing centre) seperti di contohkan Gur Dur pada Pesantren Denanyar Jombang yg selama 50 tahun tak pernah surut memberikan pengajian dan problem solving gratis pada Ibu ibu rumah tangga di desa desa lingkungan pesantren dan sekitarnya.
Efektifitas persantren utk menjadi agent of change sebenar terbentuk krn sejak awal keberadaan pesantren juga menempatkan diri sebagai pusat belajar masyarakat (Commonity learing centre) seperti di contohkan Gur Dur pada Pesantren Denanyar Jombang yg selama 50 tahun tak pernah surut memberikan pengajian dan problem solving gratis pada Ibu ibu rumah tangga di desa desa lingkungan pesantren dan sekitarnya.
Hasil dari kegiatan ini memang bukan orang orang yg berijazah tetapi
pembentukan pandangan nilai nilai dan sikap hidup bersama dimasyarakat
padahal pembangunan oleh pemerintah acapkali tak manjangkau sisi ini.
Disini terlihat jelas bahwa Pesantren bukan saja penyelenggara
pendidikan tetapi juga penyelenggara dakwah yg mengajak pada perubahan
pola hidup dimasyarakat.
Meskipun dalam melakukan pemecahan masalah masalah sosial masyarakat
sekitar pesantren tak menggunakan teori pembanguan seperti yg digunakan
pemerintah dan lbh pada gerakan yg dilandaskan pada amal saleh sebagai
refleksi dari penghayatran dan pemahaman keberagamaan sang kyai tetapi
efektifitas dalam merubah pola hidup masyarakat tak dapat disangsikan.
Keunggulan keunggulan itu sesunggunh merupakan kekayaan Bangsa ini yg
jika kian mendapat dukungan yg lbh signifikan dari semua pihak dalam
skenario besar kehidupan berbangsa maka bukan tak mungkin ia akan
menjadi mutiara yg sangat berharga bagi perbaikan bangsa Indonesia. Oleh
krn itu sekali lagi melakukan pengamatan terhadap dunia pesantren dgn
memakai pendekatan formatif dan teori ilmu ilmu sosial Barat tentu tak
akan akurat.
Namun demikian tak berarti pesantren sebagai lembaga pendidikan terbebas dari berbagai kelemahan Para pakar pendidikan mencatat beberapa kelemahan mendasar antara lain :
- Di Pesantren belum banyak yg mampu merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan secara sistimatik yg tertuang dalam program kerja yg jelas. Sehingga tahapan pencapaian tujuan juga cenderung bersifat alamiyah.
- System kepeminpinan sentralistik yg tak sepenuh hilang sehingga acapkali mengganggu lancar mekanisme kerja kolektif padahal banyak perubahan yg tak mungkin tertangani oleh satu orang.
- Dalam merespon perubahan cenderung sangat lamban konsep “Almuhafadatu ala al qodim as soleh wal ajdu bil jadidil aslah” selalu ditempatkan pada posisi bagaimana benang tak terputus dan tepung tak terserak padahal ibarat orang naik tangga ketika salah satu kaki meninggalkan tangga yg bawah kaki satu melayang layang diudara bisa jadi terpeleset atau jatuh itu resiko bila takut menghadapi resiko dia tak akan pernah beranjak dari tangga terbawah.
- Sistem pengajaran kurang efesien demokratis dan variatif sehingga cepat memunculkan kejenuhan pada peserta didik. Dsb.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yg memiliki beberapa
fungsi diantara adl fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman pengetahuan
tentang agama) fungsi tarbiyah al akhlaq (pembentukan kepribadian / budi
pekerti) dan fungsi pengembangan masyarakat atau pusat rehabilitasi
sosial. Ha saja dalam konteks pendidikan tepat proses belajar mengajar
konsep tafaqquh fi al din kurang mendapat porsi yg semesti yg terjadi di
pesantren penekanan bukan pada tafaqquh fi al din tetapi sekeder
transfer ilmu pengetahuan.
Meskipun dipesantren santri lbh mengutamakan capaian substansial
keilmuan ketimbang capaian capaian formal akan tetapi tetap ada tuntutan
yg mendesak agar ada re-presepsi terhadap pemahaman kitab kuning yaitu
bukan sekedar memahami sebagaimana ada hitam diatas putih terhadap teks
yg terdapat dalam kitab kuning namun juga konteks historisnya. Atau
bahkan tak sekedar kitab kuning tapi juga mungkin kitab putih hitam
merah dan biru. tuntutan utk memahami komprehensitas konteks dari
leteratur klasik merupakan tuntutan yg amat mendasar sebagai syarat
kwalifikasi keilmuan dalam rangka menjawab berbagai tantangan global.
Kultur belajar mengajar di pesantren yg banyak
dirasakan sebagai kurang memberi kelonggaran utk berta apalagi berdebat
terutama dalam rumusan “mengapa“ hal yg demikian menurut Masdar F
Mas’udi (1993 : 11) krn berhubungan erat dgn akar historis yg amat
tipikal dalam kehidupan masyarakat islam zaman kemandegan Pertengahan
abad ke 13 M.
Di sebagian masyarakat Pesantren terdapat persepsi atau frem yg tak
sepenuh benar yakni sebuah frem yg menganggap bahwa ilmu bukanlah
sesuatu yg lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran (ra’yu)
melainkan suatu nur yg memancar atau yg dipancarkan dari atas dari
sebuah sumber yg tak diketahui bagaimana datangnya. Akhir muncul
persepsi bahwa ilmu bukan sesuatu yg harus dicari digali dan diupayakan
dari bawah melainkan sesuatu yg ditunggu dari “atas”. Giliran selanjut
ternyata bukan hanya ilmu yg diyakini memancar dari atas tetapi juga
termasuk kemampuan kemanpuan lain manusia atau bahkan segala sesuatu yg
terhampar di alam semesta ini . akibat adl apa yg mesti dilakukan
seseorang utk memperoleh ilmu adl menyediakan kondisi spiritual yg
kondusif bagi hadir anugrah itu melalui latihan latihan kerohanian
(riyadhah) secara intensif dan benar.
Nah dalam proses riyadhah pada perspektif sufi difahami bahwa seorang murid tak ubah bagaikan si buta yg tak mungkin menemukan jalan tanpa uluran tangan seorang guru (mursyid) yg dipercaya mengantarkan kepada Tuhan yg maha kuasa. Disinilah kita dapat memahami posisi guru menjadi demikian signifikan dan vital bagi seorang murid yg hendak mengarungi jalan bathin. Syair sufi mengatakan “ hendaklah dihadapan gurumu engakau bagaikan sebujur mayat ditangan yg memandikannya”. Hal yg seperti ini jelas akan melemahkan daya kritis dan kreatifitas pada masyarakat pesantren lbh lebih di jaman serba canggih ini.
Nah dalam proses riyadhah pada perspektif sufi difahami bahwa seorang murid tak ubah bagaikan si buta yg tak mungkin menemukan jalan tanpa uluran tangan seorang guru (mursyid) yg dipercaya mengantarkan kepada Tuhan yg maha kuasa. Disinilah kita dapat memahami posisi guru menjadi demikian signifikan dan vital bagi seorang murid yg hendak mengarungi jalan bathin. Syair sufi mengatakan “ hendaklah dihadapan gurumu engakau bagaikan sebujur mayat ditangan yg memandikannya”. Hal yg seperti ini jelas akan melemahkan daya kritis dan kreatifitas pada masyarakat pesantren lbh lebih di jaman serba canggih ini.
Dipesantren lbh banyak menghafal ketimbang kemampuan memahami dan
menalar ilmu ilmu itu diakui bahwa kemampuan mengingat dan menghafal
bukan sesuatu yg tak penting akan tetapi mesti seimbang dgn kemampuan
menalar sebab kalau dimensi menalar dilemahkan maka dgn sendiri santri
menjadi tak mempunyai daya kritisitas yg memadai. Akhir proses
pendidikan hanya bersifat transfer (memindahkan) tak ada proses
pendalaman pemahaman dan kajian. Nah bila ini yg terjadi maka bukan
tafaqquh tapi hanya tahafudz.
Leteratur yg dikaji jangan hanya terbatas pada kitab yg sudah menjadi barang jadi seperti fahtul muin fathul wahab tetapi diprioritaskan pada ilmu metodologi seperti : ushul fiqh tarikh tasyri’ dan semacamnya.
Leteratur yg dikaji jangan hanya terbatas pada kitab yg sudah menjadi barang jadi seperti fahtul muin fathul wahab tetapi diprioritaskan pada ilmu metodologi seperti : ushul fiqh tarikh tasyri’ dan semacamnya.
Walhasil bahwa pendidikan di pesantren ada kelemahan dan kelebihan
tapi jika pesantren mampu mengeleminir kelemahan tersebut dan
mengoptimalkan kelebihan maka bukan tak mungkin ia menjadi salah satu
alternatif yg cukup menjajikan dimasa masa yg akan datang terutama
ditengah pengap system pendidikan nasional yg cenderung lbh menekankan
pada education for the brain dan relatif mengabaikan Education for The
heart yg giliran hampir bisa dipastikan akan menghasilkan over educated
society kian membludak pengangguran elit intelektual meraksasa dalam
tehnik tapi merayap dalam etik pongah dgn pengetahuan tapi bingung dalam
menikmati kehidupan cerdas otak tapi bodoh nuraninya. Dalam suasana yg
seperti ini lembaga pendidikan pesantren akan dilirik utk memainkan
peran sebagai :
- Lembaga pendidikan yg memadu pendidikan integralistik humanistik pragmatik idealistik dan realistik.
- Pusat rehabilitasi sosial (banyak keluarga yg mengalami kegoncangan psikologi spiritual akan mempercayakan penyeklamatan pada pesantren)
- Sebagai pencetak manusia yg punya keseimbangan trio cerdas yakni Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan Emosional (EQ) Dan kecerdasan Spiritual (SQ).
Dalam melaksanakan sistem dan proses pengajaran pendidikan pondok
pesantren dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia mempunyai peran
serta memiliki unsur-unsur atau kontribusi pemikiran terhadap berkembang
dan tumbuh pendidikan Islam. Dalam hal ini lembaga pendidikan yg
mengajarkan agama Islam kepada masyarakat dan anak-anak Indonesia telah
lahir dan berkembang semenjak masa awal kedatangan Islam di negeri ini.
Pada masa awal kemunculan lembaga pendidikan ini bersifat sangat
sederhana berupa pengajian al-Qur’an dan tata cara beribadah yg
diselenggarakan di masjid surau atau dirumah-rumah ustadz.
Keberadaan lembaga-lembaga yg tersebut di atas kemudian muncul dan
berkembang dgn nama pesantren ini terus tumbuh didasari tanggung jawab
utk menyampaikan Islam kepada masyarakat dan generasi penerus. Pondok
sebagai asrama tempat tinggal para santri masjid sebagai pusat
peribadatan dan pendidikan santri sebagai pencari ilmu pengajaran kitab
kuning serta kiai yg mengasuh merupakan lima elemen dasar keberadaannya.
Secara mayoritas pondok pesantren merupakan komunitas belajar keagamaan
yg erat hubungan dgn lingkungan sekitar pada umum masyarakat pedesaan.
Komunitas tersebut kehidupan keagamaan merupakan bagian integral dalam
kenyataan hidup sehari-hari dan tak dianggap sebagai sektor yg terpisah.
Oleh krn itu sosok kiai dalam dunia pondok pesantren tak dapat
dipisahkan krn keberadaan merupakan unsur yg paling signifikan dan
sebagai pimpinan keagamaan atau sesepuh yg diakui di lingkungan serta
diperhatikan nasehat-nasehatnya.
Oleh sebab itu pondok pesantren bukan diperuntukkan sebagai tempat pendidikan bagi santri semata melainkan juga bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini berbeda dgn lembaga-lembaga pendidikan lain yg pada umum menyatakan tujuan pendidikan dgn jelas.
Oleh sebab itu pondok pesantren bukan diperuntukkan sebagai tempat pendidikan bagi santri semata melainkan juga bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini berbeda dgn lembaga-lembaga pendidikan lain yg pada umum menyatakan tujuan pendidikan dgn jelas.
Sebagaimana telah dijelaskan atau dideskripsikan pada pembahasan
sebelum inti atau penekanan pendidikan pondok pesantren sebagai wadah
dan tempat tercapai suatu pendidikan Islam Indonesia yakni tercapai
tujuan pembangunan nasional bidang pendidikan. Secara realistis banyak
kalangan menilai bahwa sistem pendidikan yg berlangsung di tanah air ini
masih belum mampu mengantarkan tercapai pendidikan Islam yaitu
membangun manusia Indonesia seutuhnya. Terbukti semakin marak tawuran
antar pelajar konsumsi pengedaran narkoba yg merajalela kurang rasa
hormat peserta didik kepada pendidik dan orang tua muncul egoisme
kesukuan yg mengarah kepada separatisme rendah moral para penyelenggara
negara serta lain sebagai adl indikasi-indikasi yg mendukung penilaian
di atas. Berpijak dari konsep dasar itulah pendidikan pondok pesantren
mencoba memberikan respon dalam menanggapi sistem pendidikan yg ada di
tanah air ini dan dituntut ada penyikapan yg arif dan bijaksana.
DOWNLOAD FILE LENGKAP KUMPULAN PERMENDIKNAS SILABUS KTSP KKM , RPP, PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PENILAIAN
(2) 7. PEMBELAJARAN TUNTAS.rar
1. PANDUAN UMUM PENGEMBANGAN SILABUS.rar
1. RANCANGAN PENILAIAN.rar
1.PERMENDIKNAS NO 22 THN 2006 SI.rar
10. PENGEMBANGAN MULOK.rar
10. PERMENDIKNAS NO. 2 Tahun 2008 BUKU.rar
11. PERMENDIKNAS NO 41 TAHUN 2007 STANDAR PROSES.rar
12. SK BSNP NO. 1060 TAHUN 2008 TENTANG POS US.rar
13.PERMENDIKNAS NO. 3 Tahun 2008 STD_PROSES KESETARAAN.rar
14.PERMENDIKNAS NO. 4 TAHUN 2008 KALENDER.rar
15. PERMENDIKNAS NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG US.rar
17.STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SMA-MA.rar
18.STANDAR DAN KOMPETENSI DASAR.rar
19. SK DIRJEN TENTANG LHB KTSP TAHUN 2008.rar
2. PANDUAN PENGEMBANGAN RPP.rar
2. PANDUAN PENYUSUNAN KTSP.rar
2. PENETAPAN KKM.rar
2.PERMENDIKNAS NO 23 THN 2006 SKL.rar
25.ANALISIS BUTIR SOAL-HASIL UJIAN, 180208.rar
3. PANDUAN PENGEMBANGAN INDIKATOR.rar
3. PANDUAN PENILAIAN KEL 5 MAPEL.rar
3. PENILAIAN AFEKTIF.rar
3. Penilaian. kel.mapel.rar
3.PERMEN DIKNAS NO 24 THN 2006 DAN NO 6 TAHUN 2007.rar
4. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN.rar
4. PENILAIAN PSIKOMOTOR.rar
4.PERMENDIKNAS NO.12,13,16,18 Thn 2007.rar
5. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.rar
5. PENULISAN BUTIR SOAL.rar
5. PERMENDIKNAS No 14 Tahun 2007 SI PAKET A B C.rar
6. ANALISIS BUTIR SOAL.rar
6. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TATAP MUKA.rar
6. SK DIRJEN TENTANG LHB KTSP TAHUN 2008.rar
6.PERMENDIKNAS NO 19 THN 2007 STANDAR.rar
7. PEMBELAJARAN TUNTAS.rar
7. PENULISAN LAP HASIL BELAJAR.rar
7. POLA PEMBINAAN IMPLEMENTASI KTSP.rar
7.PERMENDIKNAS NO. 20 THN 2007 PENILAIAN.rar
8. PEMBELAJARAN REMEDIAL.rar
8. PERANGKAT RINTISAN SKM-SSN, 270208.rar
8.PERMENDIKNAS NO 24 THN 2007 TTG SARANA.rar
9. PEMBELAJARAN PENGAYAAN.rar
9.PERMENDIKNAS NO. 40 TAHUN 2007 SERT_JALUR PEND.rar
A_Panduan_Kel_Mapel_Agama&AkhlakMulia.rar
B_Panduan_Kel_Mapel_Kewragnraan&Kepribdian.rar
C_Panduan_kel_mapel_Ipteks.rar
D_Panduan_Kel_Mapel_Estetika.rar
E_Panduan_Kel_Mapel_Olahraga&Kesehatan.rar
KELOMPOK MATA PELAJARAN.rar
PORTOFOLIO.rar
DOWNLOAN FILE LENGKAP LENGKAP DI SINI
1. PANDUAN UMUM PENGEMBANGAN SILABUS.rar
1. RANCANGAN PENILAIAN.rar
1.PERMENDIKNAS NO 22 THN 2006 SI.rar
10. PENGEMBANGAN MULOK.rar
10. PERMENDIKNAS NO. 2 Tahun 2008 BUKU.rar
11. PERMENDIKNAS NO 41 TAHUN 2007 STANDAR PROSES.rar
12. SK BSNP NO. 1060 TAHUN 2008 TENTANG POS US.rar
13.PERMENDIKNAS NO. 3 Tahun 2008 STD_PROSES KESETARAAN.rar
14.PERMENDIKNAS NO. 4 TAHUN 2008 KALENDER.rar
15. PERMENDIKNAS NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG US.rar
17.STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SMA-MA.rar
18.STANDAR DAN KOMPETENSI DASAR.rar
19. SK DIRJEN TENTANG LHB KTSP TAHUN 2008.rar
2. PANDUAN PENGEMBANGAN RPP.rar
2. PANDUAN PENYUSUNAN KTSP.rar
2. PENETAPAN KKM.rar
2.PERMENDIKNAS NO 23 THN 2006 SKL.rar
25.ANALISIS BUTIR SOAL-HASIL UJIAN, 180208.rar
3. PANDUAN PENGEMBANGAN INDIKATOR.rar
3. PANDUAN PENILAIAN KEL 5 MAPEL.rar
3. PENILAIAN AFEKTIF.rar
3. Penilaian. kel.mapel.rar
3.PERMEN DIKNAS NO 24 THN 2006 DAN NO 6 TAHUN 2007.rar
4. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN.rar
4. PENILAIAN PSIKOMOTOR.rar
4.PERMENDIKNAS NO.12,13,16,18 Thn 2007.rar
5. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.rar
5. PENULISAN BUTIR SOAL.rar
5. PERMENDIKNAS No 14 Tahun 2007 SI PAKET A B C.rar
6. ANALISIS BUTIR SOAL.rar
6. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TATAP MUKA.rar
6. SK DIRJEN TENTANG LHB KTSP TAHUN 2008.rar
6.PERMENDIKNAS NO 19 THN 2007 STANDAR.rar
7. PEMBELAJARAN TUNTAS.rar
7. PENULISAN LAP HASIL BELAJAR.rar
7. POLA PEMBINAAN IMPLEMENTASI KTSP.rar
7.PERMENDIKNAS NO. 20 THN 2007 PENILAIAN.rar
8. PEMBELAJARAN REMEDIAL.rar
8. PERANGKAT RINTISAN SKM-SSN, 270208.rar
8.PERMENDIKNAS NO 24 THN 2007 TTG SARANA.rar
9. PEMBELAJARAN PENGAYAAN.rar
9.PERMENDIKNAS NO. 40 TAHUN 2007 SERT_JALUR PEND.rar
A_Panduan_Kel_Mapel_Agama&AkhlakMulia.rar
B_Panduan_Kel_Mapel_Kewragnraan&Kepribdian.rar
C_Panduan_kel_mapel_Ipteks.rar
D_Panduan_Kel_Mapel_Estetika.rar
E_Panduan_Kel_Mapel_Olahraga&Kesehatan.rar
KELOMPOK MATA PELAJARAN.rar
PORTOFOLIO.rar
DOWNLOAN FILE LENGKAP LENGKAP DI SINI
PERANAN MANAJEMEN KELAS
PERANAN MANAJEMEN KELAS DALAM MENDUKUNG KINERJA GURU YANG EFEKTIF DAN MEMBENTUK PRILAKU SISWA
Hampir seluruh hasil survei mengenai keefektifan guru (teacher effectiveness) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas menentukan keberhasilan proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fudemental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru – guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Brophy dan Evertson dalam Learning from Teaching, tahun 1976.
Hampir seluruh hasil survei mengenai keefektifan guru (teacher effectiveness) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas menentukan keberhasilan proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fudemental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru – guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Brophy dan Evertson dalam Learning from Teaching, tahun 1976.
Mengelola (Manajemen) Kelas
Rasional
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Yang berhubungan dengan minat, kehendak, percakapan, kegiatan-kegiatn mereka sekaligus berhubungan dengan sarana dan prasarana pengajaran yang digunakan dalam PBM.
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Yang berhubungan dengan minat, kehendak, percakapan, kegiatan-kegiatn mereka sekaligus berhubungan dengan sarana dan prasarana pengajaran yang digunakan dalam PBM.
Manajemen Kelas
Dalam artikel sebelumnya kita membahas mengenai pengelolaan kelas perspektif baru dan selanjutnya kita akan membahas masalah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik, pemberian materi pengajaran yang lebih baik, dan interaksi guru siswa yang lebih baik, membidik pada pengoptimalan keterlibatan dan kerjasama siswa dalam belajar. Teknik kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab anak sendiri atas tindakannya. Nilai-nilai dan ketrampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru.

Mau ke Mana Pendidikan Dasar Kita?
MUNGKIN kita perlu bersyukur karena hampir semua anak Indonesia telah memperoleh akses pendidikan dasar. Meski demikian, kita juga perlu mawas diri. Dalam rangka mawas diri inilah, saya tidak tahu kita harus menangis atau tertawa jika menengok aneka indikator yang tersedia untuk dikaji.
Selayang Pandang Pendidikan Teknologi Dasar pada SLTP di Indonesia
ABSTRAK
Seperti kita ketahui saat ini, terasa atau tidak terasa, suka atau tidak suka, kita sedang terbawa oleh perubahan zaman yang sangat besar yang menyangkut segala aspek kehidupan menuju suatu era yang disebut dengan era globalisasi. Sejauh mana kita berperan serta dalam era globalisasi tersebut.
Seperti kita ketahui saat ini, terasa atau tidak terasa, suka atau tidak suka, kita sedang terbawa oleh perubahan zaman yang sangat besar yang menyangkut segala aspek kehidupan menuju suatu era yang disebut dengan era globalisasi. Sejauh mana kita berperan serta dalam era globalisasi tersebut.
Apa yang Dipelajari Anak di Sekolah
Cica mencuci cangkir dan piring
“Cuci tanganmu sebelum makan,Cica!” kata Ibu
“Ya, Bu,” jawab Cica.
“Coba cari adikmu!” Cica mencari adiknya. Adik Cica sedang membaca.
“Badanmu kotor, Yun. Bersihkan dulu badanmu!”
“Ya, Kak,” kata Yuyun.
Mereka biasa hidup bersih. Bersih itu sehat.
“Cuci tanganmu sebelum makan,Cica!” kata Ibu
“Ya, Bu,” jawab Cica.
“Coba cari adikmu!” Cica mencari adiknya. Adik Cica sedang membaca.
“Badanmu kotor, Yun. Bersihkan dulu badanmu!”
“Ya, Kak,” kata Yuyun.
Mereka biasa hidup bersih. Bersih itu sehat.
Yang Terlewatkan dalam Pendidikan
ADA kesan kuat, baik guru, orangtua, maupun murid, selalu didorong untuk mengejar dan menghimpun informasi keilmuan sebanyak mungkin, namun melupakan aspek pendidikan yang fundamental, yaitu bagaimana menjalani hidup dengan terhormat. Salah satu penyebab merebaknya korupsi ialah gagalnya dunia pendidikan dalam pembentukan karakter agar hidup selalu dipandu nurani.
Tentang IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
SISI LAIN KEBIJAKAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN
Kebijakan publik merupakan alat control terhadap masyarakat melalui beberapa aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan Kebijakan selama ini dijalankan oleh para apartus state ataupun para elite negara tanpa memperhatikan kepentingan pemakai kebijakan. Hal ini berarti kebijakan yang dibuat bersifat sepihak saja dan para elite Negara tersebut telah menodai amanah kebijakan publik. Makna kebijakan publik telah melenceng dari kenyataannya, yang seharusnya membela kepentingan rakyat melalui prasarana kebijakan yang lebih partisipatif.
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Pendidikan berbasis Masyarakat merupakan salah satu dari Desentralisasi pendidikan dan konsep otonomi daerah. Tuntutan reformasi yang sangat penting adalah demokratisasi, yang mengarah pada dua hal yakni pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah (otda). Hal ini berarti peranan pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat. Demikian juga perana pemerintah pusat yang bersifat sentralistis dan yang telah berlangsung selama 50 tahun lebih, akan diperkecil dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan sistem desentralisasi. Kedua hal ini harus berjalan secara simultan; inilah yang merupakan paradigma baru, yang menggantikan paradigma lama yang sentralistis.
Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pendidikan
Paradigma Baru Pendidikan dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989.(1)
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Dengan demikian Peran serta Masyarakat dalam pendidikan sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan peran yang sudah ada dengan lebih terarah dan terencana dengan baik sehingga kepedulian masyarakat terhadap pendidikan sangat tinggi dengan aktif berperan serta sesuai dengan tata laksana yang benar. Pendidikan tanpa dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam mensukseskannya akan menyebabkan malproduct dan hanya mengejar status bukan keahlian dan mengantisipasi kebutuhan masyarakat. Ada peran-peran yang dapat diambil oleh masyarakat dalam menuangkan ide atau keinginannya dan bagaimana sebenarnya pendidikan berbasis masyarakat dapat diimpelementasikan serta apa peran pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskannya.
Tentunya impelementasi pendidikan berbasis masyarakat memiliki kendala yang sangat krusial untuk didiskusikan dan sangat memerlukan problem solving. Kendala-kendala ini yang ditemukan di masyarakat berdasar kepada penemuan beberapa ahli.
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Dengan demikian Peran serta Masyarakat dalam pendidikan sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan peran yang sudah ada dengan lebih terarah dan terencana dengan baik sehingga kepedulian masyarakat terhadap pendidikan sangat tinggi dengan aktif berperan serta sesuai dengan tata laksana yang benar. Pendidikan tanpa dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam mensukseskannya akan menyebabkan malproduct dan hanya mengejar status bukan keahlian dan mengantisipasi kebutuhan masyarakat. Ada peran-peran yang dapat diambil oleh masyarakat dalam menuangkan ide atau keinginannya dan bagaimana sebenarnya pendidikan berbasis masyarakat dapat diimpelementasikan serta apa peran pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskannya.
Tentunya impelementasi pendidikan berbasis masyarakat memiliki kendala yang sangat krusial untuk didiskusikan dan sangat memerlukan problem solving. Kendala-kendala ini yang ditemukan di masyarakat berdasar kepada penemuan beberapa ahli.
DESKRIPSI PROGRAM PENDIDIKANSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DESKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KODE : 072
BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASIPROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA
KOMPETENSI KEAHLIAN : MULTI MEDIA
- Definisi
2.Tujuan Program Keahlian Multimedia
Tujuan program keahlian Multimedia adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten:
mengoperasikan softwareb. mengoperasikan software
dan periferal digital illustration, digital imaging, dan web design
dan periferal multimedia, presentation,2D animation, dan 3D animation
c. mengoperasikan software dan periferal digital audio, digital video, dan visual effects
- Standar Kompentasi Lulusan
Kompetensi Umum
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.
Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas perilaku, perbuatan dan pekerjaannya.
Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial.
Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global.
Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan.
Menunjukkan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.
Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah komplek.
Menunujukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab.
Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.
Mengapresiasikan karya seni dan budaya.
Menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok.
Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta kebersihan lingkungan.
Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.
Kompentensi Kejuruaan
- Menginstallasi sistim operasi
- Menyusun penawaran proposal proyek multimedia
- Membuat animasi stop-motion (bidang datar)
- Menerapkan efek khusus pada objek produksi
- Menerapkan prinsip-prinsip seni fotografi dalam desain komunikasi visual untuk multimedia
- Merawat peralatan Shooting
- Memperbarui isi halaman web
- Menguasai Teknik pengambilan gambar produksi
Menerapkan prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk multimedia
- Menginstallasi sistim operasi
- Standar Kompentasi Lulusan
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
|
|
|
|
KOMPETENSI KEJURUAN
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Ruang lingkup pekerjaan
No. | Dunia usaha/industri | Lingkup pekerjaan |
1. | Pengembang Web (Web Development) |
|
2. | Pengembang Multimedia (Multimedia Development) |
|
3. | Pengembang Permainan (Game Development) |
|
4. | Rumah Produksi Sinema/Film (Production House) |
|
5. | Industri Media dan Periklanan (Media and Advertisement) |
|
6. Program pembelajaran(Kurikulum)
Durasi:Program keahlian Tehnik Multimedia sesuai dengan SKSD berikut ini untuk SMK 3 Tahun
Substansi pembelajaran1). Mata Pelajaran :
a. Dasar Multimediab. Installasi soft ware sistim operasi dan aplikasic. Tehnik Grafisd. Tehnik Animasie. Tehnik pengambilan gambarf. Tehnik Pengambilan videog. Penyusunana proposalh. Administrasi Webg. Tehnik Produksi2). Muatan Lokal
a. Bahasa Koreab. Pemograman Web3). Muatan Lokal Pengembangan diri
a. kepemimpinanb. Kesenianc. Rohis
STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM
Bidang Keahlian: Teknologi Informasi dan Komunikasi
Program Keahlian: Multimedia
NO. | KOMPONEN | JUMLAH JAM 3 TAHUN | JAM PELAJARAN | |||||
KELAS X | KELAS XI | KELAS XII | ||||||
1 | 2 | 1 | 2 | 1*) | 2 | |||
A. | Mata Pelajaran | |||||||
1. Normatif | ||||||||
1.1 Pendidikan Agama | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | |
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | |
1.3 Bahasa Indonesia | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | |
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | |
1.5 Seni Budaya | 128 | 2 | 2 | 2 | 2 | |||
2. Adaptif | ||||||||
2.1 Matematika | 516 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | |
2.2 Bahasa Inggris | 456 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | |
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | |
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial | 128 | 2 | 2 | 2 | 2 | |||
2.5 KKPI | 202 | 4 | 4 | |||||
2.6 Kewirausahaan | 192 | 2 | 2 | 2 | 2 | |||
3. Produktif | ||||||||
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan: | 128 | 128 | ||||||
3.1.1 Perakitan PC | 64 | 2 | 2 | |||||
3.1.2 Installasi software sistim operasi dan aplikasi | 64 | 2 | 2 | |||||
3.1 Kompetensi Kejuruan | ||||||||
3.2.1 Tehnik Grafis | 128 | 4 | 4 | |||||
3.2.2 Tehnik Animasi | 128 | 4 | 4 | |||||
3.2.3 Tehnik pengambilan gambar | 96 | 3 | 3 | |||||
3.2.4 Tehnikpengambilan video | 256 | 8 | 8 | |||||
3.2.5 Administrasi Web | 64 | 8 | 8 | |||||
3.2.6 Penyusunan Proposal | 128 | 8 | ||||||
3.2.7 Tehnik Produksi | 192 | 12 | ||||||
B. | Muatan Lokal | |||||||
1. Teknik Penyiaran Televisi | ||||||||
1.1 Pemograman Web | 2 | 2 | ||||||
1.2 Bahasa Korea | 192 | 2 | 2 | |||||
C. | Pengembangan Diri Pramuka/PMR/Paskibra, dsb | (192) | ||||||
. | 4602 | 38 | 38 | 39 | 39 | 18 | 38 | |
JUMLAH |
Langganan:
Postingan (Atom)