Sebelum membicarakan agama pada remaja, kiranya lebih baik kita
mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja, umur berapakah seseorang itu
dipandang sebagai remaja?, apakah ciri-ciri dari seorang
remaja?, bagaimana jiwa mereka?,apakah problema- problema pokok yang
sedang meliputi kehidupan seorang remaja?, setelah itu barulah kita
meninjau, bagaimana agama seorang remaja, apa pengaruh keyakinan agama
terhadap remaja.
Tanpa kita mengetahui masalah tersebut kitakita akan sukar memahami
sikap dan tingkah laku remaja. Berapa banyaknya orang tua yang mengeluh,
bahkan bersusah hati, karena anak-anaknya yang telah menjadi remaja itu
kini menjadi keras kepala, sukar diatur, mudah tersinggung, sering
melawan dan sebagainya. Bahkan ada orang tua yang benar-benar panic
memikirkan kelakuan anak-anaknyayang telah remaja, seperti sering
bertengkar, membuat kelakuan-kelakuan yang melanggar aturanatau
nilai-nilai moral dan norma-norma agama. Sehingga timbul anak-anak yang
oleh masyarakat dikatakan nakal. “cross boy” atau “cross girl”.
Disamping itu tidak sedikit pula jumlahnya remaja-remaja yang merasa
tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa, bahkan diantara mereka
ada yang merasa sedih dan penuh penderitaan dalam hidupnya, mereka
merasa tidak dihargai, merasa tidak disayangi oleh orang tuanya, bahkan
merasa dibenci dan dihina. Sehingga mereka mecoba mencari jalan sendiri
untuk membela dan mempertahankanharaga dirinya, maka di tentangnya
segala nilaiyang dijunjung tinggi oleh masyarakat, mereka ingin hidup
lepas, bebas dari segala ikatan, maka timbulah golongan-golongan remaja
seperti hippies dan sebagainya.
Umur berapakah remaja itu mulai? Dan kapan pula berakhirnya?. Dalam
menjawab pertanyaan ini, ahli jiwa tidak sependapat. Karena memang dalam
kenyataan hidup, umur permulaan dan berakhirnya masa remaja itu berada
dari seorang kepada yang lain. Bergantung pada masing-masing individu
dan masyarakat dimana individuitu hidup.
Sbenarnya masa remaja adalah maa peralihan, yang ditempuh oleh
seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa
masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa
dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup
sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil, organ-organ
belum dapat menjalankan fungsinnya secara sempurna, kecerdassan, emosi
dan hubungan social belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya masih
bergantung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggng jawab atas
segala hal. Dan mereka menerima kedudukan seperti itu.
Karena itulah maka ahli-ahli jiwa tidak mempunyai kata sepakat
tentang betapa panjangnya masa remaja tersebut, maka mereka hanya
sepakat dalam penentuan permulaan masa remaja, yaitudengan dimulainya
kegoncangan, yang ditandai dengan datangnya Haid (menstruasi) pertama
bagi wanita, dan Mimpi pada pria.kejadian yang menentukan ini tidak sama
antara satu anak dengan anak yang lainnya, ada yang dimulai pada umur
12 Tahun, tapi ada pula yang baru berumur 11 Tahun. Tapi secara
rata-rata terjadi pada umur 13 Tahun sebagai permulaan masa remaja
(Adolesen) sedangkan akhir masa remaja itu, bermacam-macam seperti yang
kita terangkan diatas , ahli-ahli tidak sepakat dalam hal ini. Ada yang
mengatakan berumur 15 tahun, ada pula yang mengatakan berumur 18 tahun,
bahkan dalam bidang kemantapan beragama umur itu oleh ahli jiwa di
perpanjang lagi sampai 24 atau 25 tahun. Batas-batas umur yang
bermacam-macam itu baik yang berumur 15, 18, 21, maupun 25 tqhun adalah
wajar dan cocok bagi masing-masing masyarakat,sesuai dengan nilai dan
ukurannya sendiri.
Kendatipun bermacam-macam umur yang di tentukan sebagai batas yang
menentukan masa remaja, namun pada umumnya para ahli mengambil patokan ±
antara 13-21 tahun adalah umur remaja.
Sedang yang khususnya mengenai perkembangan jiwa agama dapat diperpanjangn menjadi ± 13-24 tahun.
Masa remaja, adalah masa penuh masa kegoncangan jiwa, berada dalam
masa peralihan atqu diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa
kanak-kanak yang penuh keberntungan, dengan masa dewasa yang matang dan
berdiri sendiri.
Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang apat
ditujukan, namun dapat kita kira-kirakan dan perhitungkan sesuai dengan
masyarakat lingkugan remaja itu sendiri. Kendtipun besar ataupun kecil
kegoncangan yang dialami oleh remaja-remaja dari berbagai tingkat
masyarakat, namun dapat dipastikan bahwa kegoncangan remaja itu ada
terjadi. Dalam kondisi jiwa yang demikian, agama mempunyai peranan
penting dalam kehidupan remaja. Memang, kadang-kadang kita melihat
keyakinan remaja terombang ambing, tidak tetap, bahkan kadang-kadang
berubah, sesuai dengan perubahan perasaan yang dilaluinya. Suatu hal
yang tidak bisa disangkal, adlah bahwa remaja-remaja itu secara
potensial telah beragama.
Jika kita ingin meneliti dan mempelajari perkembangan perasaan agama
pada remaja, kiranyta kita tidak dapat mengabaikan faktpor-faktor
terpenting dalam pertumbuhan remaja itu, antara lain :
1. Pertumbuhan Mental Remaja
Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama,
pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya, ide-ide dan
pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya pada waktu kecil itu akan
berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut
kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-krtitikan dalam hal agama itu.
Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang
dipegangnya melalui pengalaman-pengalaman yang dialaminya atau
dirasakannya.
Kapan seorang anak mampu mengerti hal-hal yang Abstrak itu?
Alfred Binet, seorang psikologis perancisyanghidup pada tahun
1857-1911, yang terkenal dalam usahanyauntuk menentukan kecerdasan
anak-anak dengan tesnya yang terkenal dengan “test binnet/simon”. Yang
buat pertama kali diperkenalkan Intelligence Quotient (IQ)pada
taun 1905. Binnet berpendapat, bahwa kemampuan untuk mengerti
masalah-masalah yang abstrak, tidak sempurna perkembangannya sebelum
mencapai usia 12 tahun. Dan kemampuan untuk mengambil kesimpulan yang
abstrak dari fakta fakta yang ada, baru tampak pada umur 14 tahun.
Itulah sebabnya maka pada mur 14 tahun itu, anak telah dapzt menolak
saran-saran yang tiak dimengertinya dan mereka sudah dapat mengkritik
pendapat-pendapat tertentu yang berlawqnan dengan kesimpulan yang
diambilnya.
Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara tidak member
kesempatan untuk berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang
tidak masuk akal , disertai pula oleh kehidupan
lingkungan dan orang tua,yang juga menganut agama yang sama, maka
kebimbangan pada masa remaja itu sangat kurang. Remaja-remaja akan
merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau keyakinannya berlainan
dengan yang dianut oleh orang tuanya.keyakinan orang tua dan
keteguhannya dalam menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai
agama alam hidupnya sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama.
Setelah perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau
menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka
pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah,
dari mau menerima tanpa pengertian, menjadi menerima dengan
penganalisaan.
Perkembangan mental remaja kea rah berpikir logis (falsafi) itu, juga
mempengaruhi pandangannya dan keyakinannya kepada tuhan. Karena mereka
tidak dapat melupakan tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di ala
mini.
Kepercayaan remaja akan hari kiamat, hari pembalasan, dimana setiap
orang akan menerima ganjaran atau siksaan sesuai dengan perbuatannya di
dunia, akan menyebabkan ragu pula akan keadilan tuhan, apabila ia
melihat adanya (banyak) orang yang terpaksa dalam perbuatannya. Sebagai
contoh seorang Gadis yang berumur 18 tahun sebagi berikut :
“ kalaupun saya akan dihukum oleh tuhan karena durhaka kepada orang
tua, apa boleh buat; tapi saya akan protes kepada-Nya, karena saya
durhaka bukan karena keinginan saya, tapi karena perlakuan merekalah
yang menyebabkan saya duraka, mereka kejam, kasqar dan sering menyakiti
saya.”
Gadis yang merasa sakit hati dan tidak senang hati atas perlakuan
orang tuanya yang tidak bijak sana, merasa tidak adilah Tuhan, apabila
kedurhakaannya kepda orang tuanya itu akan menyebabkannya dihukum di
akhirat nanti.
2. Masalah Mati dan Kekekalan
Pada masa remaja telah dapat dipahami bahwa mati itu adalah suatu
dapat yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang, bahkan mati itu
adalh fenomena alamiah yang harus terjadi. Pemikiran remaja tentang hal
ini adalah terdorong oleh kepentingan emosi yang dirasakannya dan yang
terjadi disekitar lingkungannya yang menimpa seluruh makluk hidup.
Kendatipun pemiran tentang mati itu telah meningkat, namun mereka tidak
menghilangkan kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut:
a. Takut berpisah dengan keluarga
b. Takut dirinya akan mati, karena
1) Berpisah dengan orang tua yang disayanginya dan khawatir akan meninggalnya mereka.
2) Rasa dosa, takut bertemu dengan Allah seolah-0lah takut mati itu sebanarnya adalah takut akan hukuman akhirat.
3) Takut mati karena ambisinya. Memang pada masa remaja, ambisi itu
adalah suatu cirri khasnya. Remaja lebih banyak khayalan dan cita-cita,
serta takut tidak akan tercapai cita-cita itu.
Keyakinan itu akan mengurangkan kecemasan terhadap mati, kepada yang
berhubungan itu, yaitu neraka dengan apinya, dan surge dengan
kenikmatannya, jika kegelisahan itu bertambah, maka hidup ini tidak akan
dirasakan berarti lagi. Maka takut akan neraka dan harao akan masuk
surge dalam ajaran agama.
Setelah mati diakui dan diterima oleh remaja, maka ada diantaranya
yang ingin mati, mungkin ini disebabkan adanya gambaran tentang negative
takut mati (Reaction formation) psikoanalisa.
Atau karena ingin lari dari kesukaran hidup yang dialaminya. Bahkan ada
orang yang seolah-olah menghadang mati, sebenarnya ia ingin kekal dalam
bentuk apapun.
3. Emosi dan Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan agama
Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak
agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat
dipahami, tanpa mengindahkan emosinya. Karena itu, dalam meneliti atau
mempelajari perkembangan ilmu jiwa agama pada seseorang, perlu
diperhtikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya sebagai kebulatan.
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang
kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Diantara sebab-sebab atau
sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja, adalah konflik ata
pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan.
Diantara konflik yang membingungkan dan mengelisahkan remaja ialah,
jika mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan ajaran agama dan
ilmu pengetahuan, maka remaja akan gelisah dan mungkin akan
menggoncangkan keyakinannya yang telah tertanam itu. Diantara konflik
atau pertentangan yang terjadi dalam remaja ialah adanya dorongan
–dorongan sex. Menurut Kinsey, seorang psikolog asal
Amerika berpendapat bahwa doronan sex itu telah menyebabkan ± 90% dari
remaja Amerika melakukan perbuatan onani. Di Negara-negara yang agamanya
kuat, berbuat onani itu, sering kali menyebabkan pqrq remaja menjadi
gelisah, kegelisahan ini yang membuat gelombang-gelombang keyakinan
terhadap mereka, kadang menjadi rajin shalat, ata berdoa kepada
Allah.tapi kadang ia menjadi putus asadan menjadi acuh kepada agama.
Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah masa yang tidak stabil
emosinya dimana perasaan sering tidak tentram, maka keyakinanpun akan
kelihatan maju mundur (ambivalen) dan pandangannya
terhadap tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya. Dalam
hal ini kita dapat mengetahui bagaimana pendapat remaja tentang :
a. Sifa-sifat Tuhan
Apabila seorang menyebutkan nama sifat-sifat Tuhan, hal ini tidak
timbul dari keyakinannya yang telah tetap, akan timbul dari sikap emosi
dan keadaan jiwanya pada waktu itu.
b. Perasaan Agama yang kembar (ambivalen)
Keyakinan akan sifat tuhan yang banyak itu berubah-ubah sesuai dengan
kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan yang maju mundur. Kadang
terasa sekali olehnya keyakinan kepada tuhan, terasa dekat, seolah-olah
dia berdialog langsung keoada tuhan. Tapi terkadang ia merasa jauh,
tidak dapat memusatkan pikiran waktu bertdoa atau sembahyang. Kondisi
keimanan yang yang kembar (maju-mundur) itu adalah satu ciri khas
remaja, yang sedang mengalami kegoncangan emosi.
4. Perkembangan Moral dan Hubungannya dengan Agama
Agama mempunyai peranan penting dalam pengendalian moral seseorang.
Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama, tidak otomatis sama
dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, tapi moralnya
merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama
sekali, tapi moralnya cukup baik.
Oleh sebab itu, seorang peneliti ilmu jiwa agama harus mempelajari
pula dinamika dan perkembangan moral, supaya dapat memahami bagaimana
peranan agama dalam moral, dan agama itu dapat menjadi pengendali moral.
kita akan melihat betapa erat hubungan agama dengan ibadah-ibadah dan
moral. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat sangkut paut keyakinan
beragama dengan moral remaja terutama dalam masalah-masalah berikut :
a. Tuhan sebagai Penolong Moral
Tuhan bagi seorang remaja adalah keharusan moral, pada masa remaja
itu, Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral, daripada sandaran
emosi. Andaikata kadang-kadang pikiran pada masa remaja itu berontak dan
ingin mengingkari ujud Allah, atau ragu-ragu kepadanya, namun tetap ada
suatu hal yang menghubungkan dengan Allah yaitu kebutuhannya untuk
mengendalikannya moral.
b. Pengertian Surga dan Neraka.
Kebanyakan remaja memikirkan alam lain, bukanlah untuk tempat
senang-senang atau tempat siksaan jasmani, akan tetapi sebagai lambang
bagi pikiran pembalasan atau lambing kebahagiaan yang ingin dicapainya
dan terlepas dari kegoncangan remaja yang tidak menyenangkan itu.
c. Pengertian tentang Malaikat dan Setan.
Mereka sadar betapa erat hubungan setan dengan malaikat itu dengan
dirinya,mereka menyadari adanya hubungan yang erat antara setan dengan
dorongan jahat yang ada dalam dirinya, dan hubungan dengan malaikat
dengan moral dan keindahannya yang ideal, demikian pula hubungan surga
deengan ketentraman batin dan kekuasaan yang baik, juga antara neraka
dengan ketenangan batin dan hukuman-hukuman atas dosa.
5. Kedudukan Remaja dalam Masyarakat dan pengaruhnya Terhadap keyakinannya.
Sikap atau perlakuan Masyarakat yang kurang memberikan kedudukan yang
jelas bagi remaja itu, sering kali mempertajam rasa konflik yang
sebenarnya telah ada pada remaja, mereka mengharapkan bimbingan dan
kepercayaan orang dewasa, terutama keluarganya, tapi di lain pihak
mereka ingin bebas, terlepas dari kekuasaan dan kritikan-kritikan orang
dewasa, mereka akan mencari orang-orang lain yang dapat merek jadikan
teladan atau pahlawan (hero), sebagai pengganti orang tua atau
orang-orang yang biasa menasihati mereka. Seandainya yang menjadi hero tersebut baik, maka pengaruhnya juga baik tapi kalau ia tidak baik, maka pengaruhnya juga kurang baik.
Kecenderungan seorang remaja untuk ikut aktif dalam kegiatan agama
sebenarnya ada dan dapat dipupuk, asal lembaga keagamaan tersebut dapat
mengikut sertakan remaja dan member kedudukan yang pasti kepada mereka.
Kebijaksanaan pemimpin agama yang dapat menyadari bahwa remaja mempunyai
dorongan dan kebutuhan social yang perlu dipenuhi, akan dapat
menggerakan remaja itu ikut aktif dalam agama.
6. Sikap Remaja Terhadap Agama
a. Percaya turut-turutan.
b. Percaya dengan kesadaran yang timbul dari semangat positif
dan semangat khurafi (unsure-unsur luar yang tercampur dengan agama).
c. Kebimbangan Beragama.
d. Tidak percaya tuhan.
Sumber:
http://tongkal09.wordpress.com